Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ancaman Hama Pasca Hujan: Petani Tembakau Lombok Berjuang Melawan Serangan Ulat dan Tikus

Ancaman Hama Pada tembakau lombok Pasca Hujan

Pascahujan, petani tembakau di Lombok mengalami kesulitan dengan serangan hama ulat dan tikus yang mengancam tanaman mereka. Dalam kondisi ini, para petani harus berjuang untuk mengatasi kerugian dan mencari cara agar tanaman tembakau dapat tumbuh dengan baik. Mari kita lihat bagaimana mereka menghadapi tantangan ini.

Serangan Ulat dan Tikus Mengancam Tanaman Tembakau


Hujan deras yang menerpa tanaman tembakau di Dusun Gubuk Baru, Desa Beleka, Kecamatan Praya Timur, Loteng, telah menyebabkan kerugian yang cukup besar bagi para petani. Selain merusak sejumlah daun tembakau dengan lubang, hama ulat juga sering menyerang pucuk tanaman. Tidak hanya itu, para petani juga harus menghadapi serangan tikus yang menyebabkan patahnya sejumlah daun tembakau.

Effendi, salah satu petani tembakau di wilayah tersebut, mengeluhkan tingginya tingkat serangan hama setelah hujan. Menyaksikan lahan seluas 35 are rusak total akibat curah hujan yang tinggi, dia bersama petani lainnya berusaha mencari solusi untuk mengatasi masalah ini.

Upaya Mengatasi Serangan Hama


Untuk mengurangi kerusakan yang ditimbulkan oleh serangan hama, Effendi menyemprotkan pestisida secara rutin setiap seminggu sekali. Langkah ini diambilnya untuk mencegah serangan lebih lanjut dan mendorong pertumbuhan daun yang lebih tebal. Dengan harapan bahwa pucuk daun baru dapat muncul dan tumbuh di pohon tembakau, para petani masih berusaha mempertahankan hasil panen yang ada.

Namun, serangan hama ini berdampak serius pada hasil panen. Dari lahan seluas satu hektare yang digarap, para petani hanya dapat memanen sekitar 50 persen saja. Untuk mencapai balik modal, mereka sangat tergantung pada harga pasaran tembakau per kilogramnya, yang pada saat itu hanya berkisar sekitar Rp 50 ribu per kilogram.

Tantangan dan Harapan


Meskipun dalam kondisi normal para petani bisa melakukan panen tembakau sebanyak tujuh kali dengan hasil satu hektare sekitar 500 gelantang atau lima hingga tujuh kuintal tembakau kering, saat ini situasinya berbeda. Serangan hama dan kerusakan akibat hujan menyebabkan hasil panen menurun drastis, sehingga mereka harus berjuang lebih keras untuk mencapai hasil yang memadai.

Effendi berharap dapat memperoleh hasil panen yang cukup untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Dalam kondisi normal, hasil panen bisa mencapai sekitar Rp 25 juta dalam satu kali panen, dan dengan panen yang dilakukan tujuh kali dalam setahun, bagian dari hasil panen akan diambil untuk balik modal.

Minimnya Dukungan Pihak Pemerintah


Terkait dengan situasi yang dialami para petani, Effendi menyoroti minimnya dukungan dari Dinas Pertanian Loteng. Menurutnya, belum ada pihak dari instansi tersebut yang memantau atau memberikan sosialisasi mengenai asuransi pertanian yang dapat membantu para petani dalam menghadapi situasi seperti ini. Keberadaan asuransi pertanian menjadi penting untuk melindungi petani dari kerugian besar akibat cuaca buruk atau serangan hama.

Pihak petani merasa kurang didukung dan berharap ada respons yang lebih cepat dari pemerintah setempat untuk membantu mereka mengatasi masalah yang dihadapi.

Kesimpulan


Para petani tembakau di Lombok merana akibat serangan hama ulat dan tikus setelah tanaman mereka terkena hujan. Upaya dilakukan untuk mengatasi masalah ini dengan menyemprotkan pestisida secara rutin, namun hasil panen tetap terdampak secara signifikan. Dukungan dari pihak pemerintah, terutama dalam bentuk sosialisasi asuransi pertanian, menjadi harapan petani untuk mengatasi tantangan di masa depan. Semoga situasi ini membaik sehingga petani tembakau di Lombok dapat kembali meraih hasil panen yang memuaskan.

Posting Komentar untuk "Ancaman Hama Pasca Hujan: Petani Tembakau Lombok Berjuang Melawan Serangan Ulat dan Tikus"