Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Menghadapi Cuaca Ekstrem: Petani Tembakau di Lotim Antisipasi Gagal Panen


Petani tembakau di Lombok Timur menghadapi tantangan besar dalam mengantisipasi cuaca ekstrem yang dapat menyebabkan gagal panen. Mereka berharap cuaca di musim tanam tahun ini akan membaik, terutama setelah mengalami musim kemarau basah yang menyebabkan kerugian pada panen tahun sebelumnya.

Harga tembakau rajangan yang mencapai Rp 500 per kuintal menjadi kabar baik bagi petani tersebut. Namun, kegembiraan ini disertai kekhawatiran akan hasil panen yang kurang memuaskan seperti tahun sebelumnya. Ali Wirayuda, seorang petani muda di Desa Pringgabaya, Kecamatan Pringgabaya, mengungkapkan kekecewaannya terhadap hasil panen yang sedikit dan banyak yang rusak tahun lalu.

Kondisi harga tembakau yang menguntungkan memberikan semangat baru bagi para petani tembakau, terutama di wilayah Kecamatan Pringgabaya dan Suela yang fokus pada penanaman tembakau rajangan. Aldi, seorang petani, menjelaskan bahwa di musim kemarau seperti ini, langkah yang harus diambil adalah melakukan penyiraman secara rutin.

Di wilayah tersebut, petani tembakau tidak mengalami kesulitan dalam menyiram tanaman karena sebagian besar memiliki sumur air tawar. Meskipun berdekatan dengan pantai, kebutuhan air di wilayah ini tercukupi dengan baik. Proses penyiraman membutuhkan biaya sekitar Rp 170 ribu per hari, termasuk bahan bakar mesin pompa sebanyak 7 liter Pertalite dan upah buruh sebesar Rp 100 ribu per hari. Durasi penyiraman berlangsung selama lima hingga tujuh hari, tergantung luas lahan yang dimiliki oleh petani.

Cuaca ekstrem seperti kemarau basah tahun lalu telah menyebabkan kerugian besar bagi petani tembakau di Lotim. Aldi sendiri menyadari bahwa harga yang tinggi tidak dapat menggantikan hasil panen yang minim. Hujan lebat dalam periode tertentu pada musim seperti ini sangat berdampak negatif pada tanaman tembakau. Oleh karena itu, Aldi sangat berharap agar cuaca tahun ini mendukung petani tembakau dalam usaha mereka.

Kalakhar BPBD Lotim, Lalu Mulyadi, menjelaskan bahwa berdasarkan prakiraan cuaca dari BMKG, musim kemarau dimulai pada akhir Mei 2023. Puncak musim kemarau diperkirakan akan berlangsung dari Juni hingga September. Kabar cuaca ini menjadi harapan bagi petani tembakau yang segera memasuki masa panen. Namun, di sisi lain, hal ini menjadi kabar buruk bagi warga yang sedang dilanda bencana kekeringan hingga bulan September mendatang.

Dalam menghadapi cuaca ekstrem, para petani tembakau di Lotim perlu mengambil langkah-langkah antisipatif untuk mencegah gagal panen. Selain penyiraman yang rutin, mereka juga dapat mempertimbangkan penggunaan sistem irigasi yang efisien untuk mengoptimalkan penggunaan air. Pemantauan cuaca secara teratur dan kerjasama dengan instansi terkait seperti BMKG dan BPBD juga penting dalam mendapatkan informasi yang akurat tentang perubahan cuaca dan bencana alam yang mungkin terjadi.

Selain itu, diversifikasi pertanian juga dapat menjadi solusi jangka panjang bagi petani tembakau di Lotim. Dengan mempelajari dan menerapkan metode pertanian lain yang sesuai dengan kondisi lingkungan dan iklim setempat, petani dapat mengurangi risiko kegagalan panen akibat cuaca ekstrem. Pemerintah daerah juga dapat memberikan dukungan dan pelatihan kepada petani dalam upaya ini, sehingga mereka dapat mengembangkan pengetahuan dan keterampilan mereka dalam bidang pertanian yang berkelanjutan.

Dengan langkah-langkah pencegahan yang tepat dan kolaborasi antara petani, pemerintah daerah, dan instansi terkait, diharapkan petani tembakau di Lotim dapat mengatasi tantangan cuaca ekstrem dan mencapai hasil panen yang lebih baik di masa depan

Posting Komentar untuk "Menghadapi Cuaca Ekstrem: Petani Tembakau di Lotim Antisipasi Gagal Panen"