Krisis Tembakau Lombok 2024: Over Produksi, Harga Anjlok, dan Harapan di 2025

Panen tembakau tahun 2024 di Lombok menjadi topik hangat di kalangan petani dan pelaku industri. Sayangnya, bukan karena prestasi, melainkan karena berbagai tantangan pelik yang membuat sebagian besar tembakau berujung menumpuk di gudang tanpa pembeli. Apa yang sebenarnya terjadi?

Table of Contents

Kondisi Umum: Over Produksi dan Kualitas Merosot

Tahun ini, produksi tembakau di Lombok mengalami lonjakan besar, bahkan bisa dibilang over produksi. Namun, melimpahnya hasil panen tidak sebanding dengan kualitasnya. Banyak daun tembakau masuk ke kategori low grade karena cuaca yang tidak menentu dan proses budidaya yang kurang optimal dari para petani.

“Produksi melimpah, tapi kualitas jeblok — itu sama saja seperti banyak masakan tapi semua keasinan,” ujar salah satu pengumpul tembakau di Lombok Timur.

Harga Jeblok, Gudang Penuh, Daya Beli Produsen Melemah

Harga tembakau sempat tinggi di awal musim, namun memasuki pertengahan musim, harga anjlok drastis. Ini diperparah dengan lemahnya daya beli dari produsen rokok lokal dan nasional. Penyebabnya antara lain:

  • Kondisi keuangan perusahaan yang ketat
  • Peningkatan pajak dan regulasi industri rokok
  • Stok lama masih menumpuk di gudang
  • Spekulasi masuknya tembakau impor murah

Tembakau Low Grade, Dijual Murah atau Bahkan di-Hutang

Petani dan supplier terpaksa menjual sisa stok tembakau kualitas rendah dengan harga miring, bahkan banyak yang menerima pembayaran bayar nanti alias hutang. Ini kondisi yang tidak ideal, tapi menjadi jalan agar cashflow tetap bergerak meski perlahan.

Tembakau Sulirajang Kasar: Paling Banyak Tersedia

Jenis tembakau sulirajang kasar menjadi yang paling banyak belum terserap hingga mendekati musim tanam 2025. Kualitasnya rendah dan permintaannya kecil. Harga? Jangan tanya, banyak yang dilepas murah hanya demi mengosongkan gudang.

Solusi untuk Musim Tanam 2025: Fokus pada Kualitas

Musim tanam 2025 harus dijadikan titik balik. Para petani diharapkan melakukan perbaikan serius dalam proses:

Proses Fokus Perbaikan
Penanaman Pilih benih unggul, sesuaikan dengan iklim lokal
Perawatan Jaga kelembapan dan hindari hama
Pengeringan Gunakan metode yang tepat agar tidak lembab dan berjamur
Packing Packing rapi, padat, dan kering
Kualitas yang baik akan bertahan di pasar meskipun kuantitasnya terbatas. Sebaliknya, kualitas buruk akan tergerus meski tersedia banyak.

Peran Pemerintah: Jangan Hanya Menonton

Pemerintah daerah maupun pusat diharapkan turut serta membina para petani. Mulai dari edukasi teknik pertanian modern, pengawasan kuota produksi, hingga membuka akses pasar yang sehat dan adil.

Kontrol Kuantitas = Menjaga Harga

Produksi tembakau yang terlalu banyak tanpa strategi penyerapan hanya akan membuat harga anjlok dan merugikan semua pihak. Perlu koordinasi ketat antara petani, koperasi, pembeli, dan pemerintah.

Catatan: Tembakau berkualitas baik tetap diminati pasar, bahkan saat kondisi lesu. Maka, kejar kualitas, bukan sekadar kuantitas.

Penutup: Harapan untuk Tembakau Lombok 2025

Musim ini jadi pelajaran mahal. Jika tak ingin mengulang kerugian tahun ini, petani harus mulai tanam dengan perencanaan yang matang. Semoga 2025 jadi tahun kebangkitan tembakau Lombok — bukan hanya banyak, tapi juga berkualitas tinggi.

Posting Komentar untuk "Krisis Tembakau Lombok 2024: Over Produksi, Harga Anjlok, dan Harapan di 2025"